Ruben Amorim gagal membuktikan dirinya sebagai penyelamat Manchester United. Musim 2024/2025 menjadi catatan suram dalam sejarah klub, dengan performa buruk di Premier League dan kegagalan memalukan di final Liga Europa. Alih-alih membawa pembaruan, gaya kepelatihan Amorim justru memperburuk krisis yang telah ada sejak musim sebelumnya.
Kedatangannya pada November 2024 sempat memberi harapan baru. Namun kenyataannya, Manchester United hanya mampu meraih 24 poin dari 25 pertandingan liga. Hasil ini menempatkan mereka di posisi ke-16 klasemen akhir, nyaris terdegradasi. Capaian ini jelas sangat jauh dari ekspektasi fans maupun dewan direksi.
Ruben Amorim Gagal Terapkan Filosofi Bermainnya di Premier League
Salah satu faktor utama mengapa Ruben Amorim gagal adalah ketidakmampuannya menyesuaikan taktik dengan kerasnya kompetisi Liga Inggris. Formasi 3-4-3 andalannya tidak berjalan mulus karena para pemain terlihat kebingungan menyesuaikan peran. Gagalnya pressing tinggi, lemahnya transisi, serta buruknya koordinasi di lini belakang menjadi pemandangan rutin sepanjang musim.
Meski sempat menunjukkan sinyal positif dengan lolos ke final Liga Europa, kekalahan 0-1 dari Tottenham Hotspur membuktikan bahwa pendekatannya belum matang untuk level tertinggi Eropa. MU mendominasi penguasaan bola tetapi gagal mencetak gol. Pertandingan itu menjadi gambaran betapa tumpulnya permainan mereka di bawah arahan Amorim.
Krisis Mental Pemain dan Kepemimpinan yang Dipertanyakan
Tak hanya dari segi teknis, Ruben Amorim gagal membangun atmosfer positif di ruang ganti. Beberapa pemain kunci seperti Bruno Fernandes dan Marcus Rashford terlihat frustrasi dalam banyak laga penting. Tidak ada “new manager bounce” yang biasanya terjadi ketika klub menunjuk pelatih baru. Justru sebaliknya, grafik performa menurun drastis sejak kedatangannya.
Amorim sendiri mengakui bahwa mentalitas skuad menjadi masalah utama. Ia bahkan menyebut bahwa budaya klub perlu dibenahi, termasuk dalam hal kepemimpinan dan komunikasi internal. Dalam konferensi pers setelah final Liga Europa, ia menyatakan kesiapannya mundur jika memang dianggap bukan sosok yang tepat oleh klub dan para fans.
Masa Depan Amorim dan Evaluasi Besar di Old Trafford
Dengan Manchester United dipastikan absen dari kompetisi Eropa musim depan, manajemen punya waktu untuk melakukan evaluasi menyeluruh. Ruben Amorim gagal memberikan fondasi kuat, dan masa depannya mulai jadi topik diskusi panas di kalangan penggemar maupun media Inggris.
Jika tetap dipertahankan, Amorim dituntut melakukan reformasi besar, termasuk mendatangkan pemain yang cocok dengan skemanya. Namun jika klub memutuskan berpisah, maka musim panas ini akan menjadi awal perburuan pelatih baru yang benar-benar bisa mengangkat marwah Manchester United kembali ke tempat yang semestinya.
Kesimpulan:
Musim 2024/2025 menjadi bukti nyata bahwa Ruben Amorim gagal mengangkat performa Manchester United. Gagal di liga, gagal di Eropa, dan gagal mengelola ruang ganti. Kini, klub harus menentukan arah baru agar tak semakin tenggelam dalam krisis yang berkepanjangan.